Header Ads

ad728
  • Sekilas Berita

    MENGUAK FAKTA DIBALIK SELESA REMAJA

    Oleh Tim Jurnalistik Buletin Prisma


    “Apasih masa remaja itu?”

    Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa puber. Pada masa inilah umumnya dikenal sebagai masa pancaroba, keadaan remaja penuh energi, serba ingin tahu, belum sepenuhnya memiliki pertimbangan yang matang, mudah terombang-ambing, mudah terpengaruh, nekat dan berani, emosi tinggi, selalu ingin coba dan tidak mau ketinggalan.

    Dari sikap tersebut muncullah berbagai aksi dari remaja yang menjurus pada tindakan kriminal antara lain tawuran, penyalahgunaan obat terlarang, seks bebas, pembunuhan dan lain sebagainya.
    Dengan karakter seperti di atas, apabila tidak mendapat bimbingan yang baik maka akan mudah terjerumus pada perbuatan yang merugikan dirinya sendiri. Secara umum, jika remaja tidak dapat berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhannya justru menimbulkan perilaku menyimpang yang berakibat melanggar aturan, tata tertib dan norma kehidupan di sekolah dan masyarakat.

    “Faktor apa saja yang mempengaruhi sehingga remaja bisa terjerumus ke arah yang negatif?”

    Problematika remaja sekarang yang sering terjadi di sekolah dan masyarakat bukanlah suatu keadaan yang independen namun timbul karena adanya beberapa sebab seperti keadaan keluarga yang kurang menguntungkan terutama perceraian atau perpisahan orang tua sehingga kurangnya perhatian terhadap anaknya dan masalah keuangan. Selain itu, faktor lingkungan juga turut andil dalam mendorong para remaja bersikap anarkis. Pengaruh tersebut menimbulkan beberapa perubahan sosial yang cepat ditandai dengan persaingan dalam ekonomi, pengangguran, dan masmedia. Namun, yang paling marak sekarang yaitu kondisi ekonomi. Anak dari keluarga miskin yang memiliki perasaan rendah diri akan semakin mudah melawan hukum seperti pencurian, penupian dan penggelapan. Biasanya hasil yang di peroleh hanya untuk berfoya-foya.

    Bagi anak remaja keinginan untuk berbuat jahat kadang timbul karena bacaan, gambar-gambar dan film. Mengingat sekarang adalah zaman milenial jadi mau tidak mau mereka harus mengikuti perkembangan teknologi yang semakin canggih. Kebiasaan kecil seperti itulah yang mempengaruhi remaja untuk berbuat negatif.

    “Istilah ‘pacaran’ bagi remaja itu seperti apa?”

    Dari semua contoh-contoh problematika remaja di atas, ada satu masalah yang sampai saat ini belum ditemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya yaitu ’pacaran’. Layaknya bunga yang merekah, seakan semua terasa indah. Yah, begitulah anggapan yang cocok mewakili perasaan remaja saat ini. Walaupun pada hakikatnya cinta itu fitrah namun banyak yang menyalahartikan paham tersebut dengan perilaku yang tidak sepantasnya. Apalagi pada zaman sekarang ini pacaran sudah menjadi tren dan bahkan dijadikan tradisi. Olehnya itu, muncul anggapan tidak pacaran berarti kuno.

    Bak kapal yang hilang haluan, remaja butuh pengendali yang bisa membawa mereka ke arah yang benar. Banyak yang berpendapat bahwasanya remaja harus berintelektual. Minimnya pendidikan karakter dan lingkungan , baik keluarga maupun masyarakat sehingga mereka seakan teggelam oleh fatamorgana dunia yang menipu. Selain itu, nilai-nilai religius yang harusnya menjadi pondasi dan obor penerang dalam hidup mereka malah pudar dan padam.

    “Apasih tujuan dari pacaran? Apakah hanya sekedar ajang untuk memuaskan nafsu atau justru punya sisi positif dibaliknya?”

    Menyilau dari banyaknya gaya pacaran saat ini, tidak sedikit dari mereka yang menganggap bahwa fenomena ini dijadikan sebagai ajang untuk mencari jodoh dan motivasi diri sekaligus penyemangat dalam belajar. Bukankah anggapan ini yang harus dimusnahkan? Ataukah dibiarkan berkembang begitu saja hingga terus melahirkan generasi muda yang diperbudakkan oleh cinta?. Jika terus berpegang teguh pada paham tersebut, maka remaja akan rentang berbuat sesukanya tanpa tekanan dari siapapun.



    • FAKTA-FAKTA


    Panjang Tangan

    Pergaulan bebas memang telah menjadi duri bagi para remaja, meskipun duri tersebut terlepas, tentulah akan meninggalkan bekas. Semuanya terjadi hanya untuk 'Kenikmatan sementara', begitu pula alasan beberapa remaja yang terjerat kasus "Panjang tangan" atau dikenal dengan kata mencuri. Baru-baru ini banyak terdengar kasus pencurian, tak terkecuali anak yang bersekolah di sekolah negeri menengah atas, sebut saja Adnan (17). Ia merupakan anak kelas 2 di salah satu sekolah negeri, ia juga memiliki beberapa prestasi, dan aktif diberbagai ekskul dan organisasi. Tak ada yang bisa mengira, bahwa anak berbakat nan populer disekolahnya itu akan terjebak dalam panorama dunia yang bersifat sementara, ia layaknya musang berbulu domba.

    Adnan Aditya pratama nama lengkapnya, ia adalah anak semata wayang dari Pak Udin dan Bu Yuli. Adnan adalah anak yang baik, ia gemar membantu ayah dan ibunya. Bahkan kadang kala ia bekerja sampingan untuk membantu kedua orangtuanya. Adnan memiliki sahabat karib yang bernama Galih, ia sudah bersahabat sejak 1 tahun yang lalu. Galih adalah anak orang kaya, tapi ia tak pernah sungkang untuk berteman dengan Adnan yang terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Walau begitu, Adnan tak pernah merasa iri dengan sahabat karibnya itu. Kekurangan tak membuatnya rendah diri jika dibandingkan dengan Galih. Ia juga sangat percaya diri akan kemampuannya, jadi ia yakin suatu saat nanti ia bisa berhasil, apalagi mengingat jika dirinya bermimpi untuk menjadi pengusaha besar. 

    Suatu hari, seperti anak sekolah pada umumnya Adnan dan Galih berangkat kesekolah dengan mengendarai motor, mereka memang sering berboncengan. Setelah sampai di pintu gerbang., Adnan pun turun dari motor dan tengah menunggu Galih yang sedang memparkirkan motor kesayangannya itu. Tepat didepan pintu gerbang sekolah, Galih bercerita tentang acara besar yang akan diadakan sekolah, sebut saja pameran. Galih juga mengungkapkan seluruh pembiayaan yang harus dibayar oleh siswa(i) untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk acara tersebut, maklum Galih memegang amanah untuk menjadi bendahara dikelasnya, jadi tak heran jika ia mengetahui seluk beluk pengeluaran kelas. Galih memang anak orang kaya, namun Galih tak seperti anak orang kaya lainnya yang tak peduli tentang sekolah, Galih bahkan aktif disalah satu eksul olahraga, ia juga pandai dalam berbicara, hingga ia terus diberi tanggungjawab oleh para guru maupun teman kelasnya. 

    Hari demi hari Galih telah melaksanakan tanggung jawab yang diemban, semua personil pameran dikelasnya sudah membayar kecuali Adnan. Pada saat Galih menghampiri Adnan, Adnan mengeluh mengenai masalah ekonominya, karena Galih merupakan anak yang baik dan peduli dengan temannya hingga ia memutuskan untuk menunda hari terakhir pembayaran sampai esok hari demi Adnan. Galih pun menyimpan uang pameran yang telah terkumpul ditasnya yang juga disaksikan oleh dua orang temannya yakni Joni dan Maman. Beberapa waktu kemuan, tibalah waktu salat duhur semua orang bergegas ke musollah untuk salat kecuali bagi perempuan yang berhalangan, namun Adnan nampaknya juga berhalangan dan memutuskan salat pada gelombang kedua. 

    Ternyata usut demi usut tujuan ia salat di gelombang kedua ialah berbuat dosa, mungkin keadaan ekonomi keluarganya menurun di tengah banyaknya pengeluaran, hingga akhirnya dia memilih jalan keluar yaitu dengan mencuri uang pameran yang di pegang oleh Galih merupakan mangsa dari aksinya, dengan keadaan dan suasana yang mendukung, ia pun berhasil mencuri tanpa seorang pun yang tahu. 

    Karena lelah ditengah banyaknya tugas dan nuansa jam kosong yang sangat dinikmati oleh Galih, membuat ia lupa bahwa tasnya berisi banyak uang. Galih tertidur di musollah sampai Ashar setelah itu barulah Galih teringat perihal uang pameran, ia pun buru-buru ke kelas untuk memastikan keadaan uang pameran kelasnya. Melihat uang di tasnya lenyap dan tak berwujud Galih pun sibuk menghubungi teman temannya menanyakan uang itu dengan via online dan memanggil joni dan Maman membantu mencari uang tersebut. Pesan yang di kirim Galih di grup kelasnya nampaknya di baca oleh Adnan, dengan fikirannya yang cerdik ia ikut membantu mencari agar teman-temannya tak terpikir bahwa ialah yang mengambil uang tersebut. Tapi meskipun begitu rasa ketakutannya tak akan hilang karena ia baru sekali ini mencuri. 

    Salah satu teman perempuan Galih yaitu Riska, juga ikut membantu Galih hingga ia mulai curiga dengan Adnan. Riska adalah anak yang cerdik, layaknya seorang detektif ia berusaha mengumpulkan data dan fakta dari peristiwa tersebut dari pagi hingga sore. Dengan rasa curiga yang menghantuinya, Riska tak sanggup menyimpan hal ini sendirian, sehingga ia memberitahukan bukti-bukti yang ia temukan ke beberapa temannya. Sayangnya mereka semua takut untuk berprasangka buruk, dengan rekannya sendiri. Namun setelah Adnan mengetahui bahwa Riska mencurigainya, Adnan terlihat gelisah dan berambisi mengalihkan pembicaraan serta mempengaruhi rekannya mencari sponsor sebagai pengganti uang pameran yang hilang, namun hal tersebut justru membuat teman sekelas Adnan semakin curiga. 

    Adnan semakin khawatir, hingga ia tidak bisa makan dan tangannyapun terus-menerus bergetar. Dengan keadaan seperti itu, Adnan memutuskan untuk pulang karena takut dan malu jika semua kelakuannya terbongkar hanya dengan gerak-geriknya yang semakin parah. Setelah itu, rekannya mencoba menyampaikan hal ini ke guru kesiswaan, yaitu Pak Trisno. Tapi Pak Trisno juga takut menuduh tanpa ada bukti yang konrit, hingga rekan yang sangat curiga mencoba menghubungi Adnan dan memaksanya untuk mengakui perbuatannya itu. 

    Akhirnya, mereka berhasil membuat Adnan mengaku. Adnan mengakui perbuatannya dengan begitu banyak alasan, baik itu masalah keluarga dan banyaknya pengeluaran. Namun nampaknya dia berbohong lagi, malam hari setelah mencuri uang tersebut, ternyata hasil curiannya ia gunakan untuk membeli rokok elektrik menurut pengakuan dari salah satu teman dekatnya.

    Setelah teman sekelas Adnan mengetahui bahwa Adnan telah mengakui perbuatannya, semua merasa terpukul dan tak menyangka bahwa Adnan melakukan perbuatan tersebut. Adnan pun meminta maaf kepada temannya dan ia sangat berharap bahwa perbuatannya itu tidak disampaikan kepada seluruh warga sekolah. Namun, kata pepatah kebohongan akan tetap tercium meski telah disembunyikan, warga sekolahpun sudah mengetahui perbuatannya. Kasus 'Panjang Tangan' inipun segera di proses oleh Pak Trisno, hingga Adnanpun di kenakan skorsing selama 4 hari.



    Pemuas Nafsu

    Kita saat ini tengah berada di zaman milenial dimana pada zaman ini semuanya telah modern, mulai dari teknologi, peradaban, bahkan perilaku manusia pun ikut terkena modernisasi. Saat ini, banyak beredar kata Kids Zaman Now yang merujuk pada kelakuan buruk anak zaman sekarang. Lantas, benarkah kids zaman now menunjukkan bahwa generasi milenial identik dengan kelakuan buruk? Contohnya saja gaya pacaran, banyak dari mereka menganggap sepele kasus ini. Istilah pacaran bagi mereka bukanlah hal yang tabu lagi. 

    Gaya pacaran yang sering kita lihat masa kini nampaknya sudah seringkali “kebablasan”. Akibat terlalu bebas dalam bergaul, banyak remaja yang masa depannya hancur karena hanya dengan satu kata, satu orang yaitu pacar. Mereka yang masih belia belum bisa mengontrol emosi, bukan tidak mungkin perbuatan yang tidak senonoh lah yang akan terjadi. 

    Belum lama ini peristiwa yang tidak menyenangkan terjadi pada siswi yang masih duduk dibangku SMA. Dia seorang gadis yang masih berumur 16 tahun. Usia yang masih sangat membutuhkan bimbingan, usia pencarian jati diri. Sebut saja namanya Rini. Gadis itu mengikuti trend remaja yaitu “relationship goals”. Rini merasa sudah sangat cocok dengan kekasihnya, sebut saja Angga. Hubungan mereka baru seusia jagung yakni sekitar 1 bulan. Hasrat menggebu diusia pacaran yang masih baru, membuat dunia angga berporos pada rini. Ia ingin selalu dekat dengan pacarnya. 

    Rini siswi yang cantik,bahkan masuk dalam kepengurusan Osis. Organisasi yang didambakan oleh seluruh siswa. Namun dengan semua yang dimiliki, Rini terlena oleh 'cinta' yang baru dikenalnya. Gaya pacaran yang mereka adopsi diterapkan diruang kelas. Mungkin Rini butuh sandaran, sehingga kepalanya harus terus menerus berada di bahu Angga. Tetapi mereka tak sadar kegiatannya itu jelas melanggar budaya, norma, bahkan aturan sekolah. Ketika masih melakukan kegiatan itu, ada salah seorang siswa yang merekam kelakuan rini dan angga kemudian menyebarkannya di dunia maya. 

    Tak butuh waktu lama, kabar ini sampai ke pihak sekolah. Tentu saja sekolah akan melakukan tindakan tegas. Rini dan Angga di jatuhi hukuman skorsing satu minggu lamanya. Bayangkan betapa hancurnya hati orang tua. Tubuh rentanya hanya berharap sang anak menempuh pendidikan dengan baik, tetapi yang dilakukan anaknya malah mengecewakan. Terlebih mereka akan ketinggalan pelajaran, lalu bagaimana bisa membanggakan orang tua? 

    Tidak salah menyukai karena memang sudah menjadi hal lumrah bagi remaja. Tetapi ketika ikut-ikutan pacaran sampai pegang-pegangan, apa hal itu sudah bisa disebut wajar? Jika sudah kedapatan seperti itu maka keduanya bisa rugi. Bahkan sampai melukai hati orang tua. Apalagi Rini, statusnya sebagai pengurus OSIS harusnya menjadi teladan. Kini namanya disebut satu sekolah. Kalau sudah begini, yang malu siapa?. Rasanya menampakkan diri disekolah sudah sulit dilakukan. 

    Remaja kadang tak memikirkan tindakannya, dan hanya mengambil senangnya. Kejadian seperti ini harusnya menjadi cambukan keras bagi para remaja agar tak salah dalam melangkah. Mengikuti gaya pacaran masa kini, berarti siap menerima konsukuennya. Siap? Sudah lihat akibatnya? . Makanya perlu berpikir panjang, jangan sampai hanya karena kata cinta yang disalah artikan membuatnya terjerumus dalam lubang dalam yang mengubur. 



    Obralan Harga Diri

    Saat sebagian besar generasi milenial berlomba menoreh prestasi, ternyata masih ada terselip segelintir jiwa yang malah menutup pintu petualangannya dan memilih menghabiskan masa luangnya dengan hal yang sia-sia bahkan mengarah ke hal negatif. Film ‘Dua garis biru’ pastinya tidak asing lagi bagi remaja sekarang dan cerita ini mengadopsi sebagian isi dari film tersebut yaitu kasus seks bebas. Kali ini sebuah kisah datang dari seorang siswi SMA yang menjalin asmara dengan laki-laki satu sekolahnya. Beda angkatan bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap merangkai kasih dalam rajutan cinta yang tiada tara. Walaupun pernyataan cinta hanya dilontarkan via medsos berbalut kata gombal, namun saat nafsu telah mengusik raga hal itu sudah sangat romantis bagi perempuan yang berusia 16 tahun tersebut.

    Awalnya tersipu malu ketika tak sengaja bersua, kemudian melibatkan mata untuk saling tatapan meskipun ruang mengasingkan mereka. Hari-hari dilalui begitu indah seakan cinta berdiri diatas segalanya tapi ada yang mengganjal kala hasrat kembali menghantui jiwa akhirnya dua insan ini memberanikan diri untuk berjumpa di kelas. Sikap malu kemudian tidak diindahkan lagi dan bertatapan sudah dianggap wajar bagi keduanya. Teman-temannya pun acuh tak acuh, mereka paham bahwa remaja sejatinya memang seperti itu. Tak jarang potret kebersamaan mereka diunggah di sosial media sehingga kabar hubungan mereka sudah hampir tersebar satu sekolah.

    Kurang lebih satu tahun melewati manis dan pahitnya cinta, tibalah masa-masa jenuh bagi hubungan keduanya. Beranggapan semuanya terasa hambar, memutuskan untuk berpisah namun masih saling mencintai akhirnya muncullah ide sang pria untuk mencoba sesuatu yang sangat tidak pantas dilakukan bagi remaja seusianya, dapat mengganggu kesehatan bahkan merusak masa depan keduanya. 

    Melalui salah satu akun media sosial miliknya, sang pria mencoba menyatakan hasratnya ini kepada pujaan hatinya. Agar lebih meyakinkan dan supaya si perempuan setuju, pria ini berjanji untuk menikah sesudahnya. Karena cinta telah berkecamuk dalam batin si perempuan dan juga agak takut dengan sang kekasih karena wataknya yang agak keras, akhirnya ia menyetujui perbuatan tersebut.

    Semua telah direncanakan dengan matang mulai dari tempat dan waktunya. Tempatnya pun cukup jauh dari pemukiman warga. Area tersebut mereka pilih karena memang daerah itu sepertinya disiapkan untuk perbuatan maksiat seperti beberapa rumah pohon yang dibangun lebih dari tiga dan sepasang kekasih ini adalah satu diantara banyaknya orang yang telah melakukan kegiatan pacaran di tempat itu. Tanpa berfikir panjang mereka pun melancarkan aksinya, mereka bak suami istri yang tak berdosa dan layaknya anak kecil yang tak tau akibat setelahnya.

    Kali pertama masih terasa aman-aman saja tanpa efek samping dan dua garis biru malah terasa nyaman bagi keduanya. Bahkan pengalaman pertama si perempuan ini sempat ia ceritakan dengan sahabatnya, sontak mereka memarahi si perempuan tersebut sampai-sampai mengancam dengan putusnya persahabatan mereka apabila kembali mengulanginya. Yang benar saja, begitu banyak perempuan di luar sana yang rela mempertaruhkan nyawa demi menjaga kehormatannya justru sangat bertolak belakang dengan kisah sahabatnya yang mengobral bahkan gratis kesuciannya. Namun sayang sekali, amarah dan larangan dari para sahabatnya tidak ditanggapi serius oleh gadis yang sekarang duduk di bangku kelas XI ini. Justru karena tidak adanya gejala yang muncul makin membuat ambisi sepasang kekasih ini menjadi memuncak untuk mengulanginya. 

    Hingga untuk yang kedua kalinya bukan nyaman lagi yang dirasa namun gemetar campur keringat dingin menyelimuti raga mereka. Kasusnya terjadi pada hari libur siswa SMA tepatnya tanggal 27 September 2018 dengan tempat yang sama. Keduanya tertangkap basah oleh seorang polisi yang memang kerap berpatroli di tempat tersebut. Kabar tak sedap ini seketika langsung terdengar dari masing-masing keluarga mereka bahkan sampai pada warga yang berada di sekitar TKP. Untungnya sepasang kekasih ini masih di bawah umur sehingga kasusnya tidak diproses lebih lanjut dan hanya dipulangkan saja. 

    Selang dua bulan kejadian tersebut, muncul rasa aneh dalam diri si perempuan. Pasalnya ia tidak datang bulan juga. Karena rasa khawatir yang sudah menjadi-jadi akhirnya ia melakukan tes pack atas usulan sahabatnya. Tes pack pertama masih negatif  karena salah pakai. Yang seharusnya dipakai pagi hari setelah bangun tidur malah ia pakai pada malam hari. Kemudian ia mencoba mengulangi test pack untuk yang kedua kalinya dengan memakai pada pagi hari dan alhasil ia positif hamil. Perasaan bahagia pasti sangat terasa bagi sepasang suami istri apabila mendengar kabar ini namun sangat berbanding terbalik bagi sepasang kekasih yang belum sah secara agama dan hukum seperti mereka. 

    Berita ini tiba-tiba saja menggemparkan pihak sekolah dan sebagai konsekuensinya si perempuan mau tidak mau harus dikeluarkan. Bukan karena malu, namun memang sudah menjadi ketentuan tiap lembaga pendidikan dan untuk pelaku utamanya diberikan kebijakan melanjutkan harapan dan asanya yang sebenarnya sudah meronta. 

    Keluarga yang seharusnya mempertahankan dan merawat insan yang tak berdosa ini malah mendukung anaknya melakukan aborsi untuk menutupi aib keluarga. Kini, si perempuan hanya mendekam di rumah tanpa tahu bagaimana nasibnya kedepan dan si pria yang seakan tidak terjadi apa-apa padanya kini kembali hadir menggandeng korban baru setelah berhasil menodai korban sebelumnya. Sungguh sebuah kasus yang sangat dipaksa untuk dituntaskan namun pengisahannya masih bersambung.

    Ini adalah satu diantara banyaknya kejadian yang terjadi pada zaman sekarang dan yang paling rawan adalah ‘pacaran’ karena dari sinilah jenis-jenis akar problematika remaja. Apalagi paham kaum milenial laki-laki dan perempuan berbeda, dimana laki-laki hanya mengandalkan logika namun perempuan mengandalkan perasaan, laki-laki dilihat dari masa depannya sedangkan perempuan dilihat dari masa lalunya, dan prinsip laki-laki yang paling parah ketika menjalin kasih yakni ia akan berkorban untuk mendapatkan cinta dari sang pelipur lara dan akan meninggalkan ketika sudah ada korban sedangkan perempuan tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika sudah terlanjur. Itulah mengapa ada pepatah yang mengatakan ‘Perempuan bagaikan telur di ujung tanduk’, apabila sudah jatuh maka tidak bisa lagi kembali seperti semula. Nah, pepatah inilah yang menjadi gambaran kasus di atas.




    • KESIMPULAN

    Tak ada yang lebih indah dari masa ‘Remaja’ masa yang sangat menentukan bagi generasi penerus bangsa, masa keemasan yang berpatokan pada masa lalu, tapi tidak juga sebagai penghambat cerahnya masa depan. Berbagai kenikmatan tersuguhkan di depan mata para remaja, hanya saja kenikmatan tersebut bisa menyesatkan para remaja, apalagi kenikmatan yang terus mereka harapkan selalu menggerogoti diri mereka sendiri.

    Problematika remaja tak henti-hentinya diperdebatkan karena pada hakikatnya masalah tersebut datang dari diri mereka dan lingkungan sekitarnya. Berbagai pengaruh buruk mereka telan dengan bulat. Kita sebagai remaja harus menjadi tameng untuk diri kita sendiri agar generasi penerus bangsa seterusnya bisa menjadi pelopor kemerdekaan bangsa yang bebas dari perangkap kejahatan. Kita sebagai tombak perubahan haruslah memiliki pendidikan karakter yang kuat untuk membentengu diri dari segala perbuatan yang buruk.

    Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergau yang sesuai, orang tua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja. Sebab dengan memberikan amanah dalam rumah dapat mengurangi waktu kluyuran yang tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban dalam rumah tangga.

    Dengan banyaknya waktu luang yang dimiliki remaja maka tindakan iseng sering dilakukan untuk mengisi waktu luang hal ini dimaksudkan juga untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapakan dapat berasal dari orang tuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. 

    Oleh karena itu orang tua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orang tua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orang tua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan keisengan remaja adalah semacam ”refresing” atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak suka berkelahi orang tua bisa mengarahkannya pada satu kelompok kegiatan bela diri.

    Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orang tua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antara pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar meraka tidak ketakutan dengan orang tua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orang tua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun harus tetap dijaga agar mereka tidak salah jalan, menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.

    Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orang tua dengan anak. Apabila orang tua tidak setuju hendaknya diutarakan dengan bijaksana jangan hanya dengan kekuasaan dan kekerasan. Berilah pengertian sebaik-baiknya, bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang penting disini adalah adanya komunikasi dua arah antara orang tua dan anak. Orang tua hendaknya menjadi sahabat anak. Orang tua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut mengutarakan masalahnya kepada orang tua.




    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    ad728